Refleksi Hari Kesaktian Pancasila: Pancasila Sakti, Bangsa Berdaulat


http://bodelen.com/afu.php?zoneid=2353122
Pancasila | google.com

Penulis       : Agus Ryadi
Penyunting : Wahyu Agung Saputra

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan landasan fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila suatu kesatuan yang utuh dan saling menjiwai sila yang satu dengan sila yang lainnya, pandangan hidup serta nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara terkmuat kompleks dalam nilai-nilai luhur pancasila. Pancasila lahir bukan atas dasar keegoisan sesama bangsa, pancasila lahir dan tumbuh dalam setiap rongga kehidupan bangsa Indonesia yang kemudian menjadi suatu kesatuan yang menguatkan sebagai pondasi dalam proses penggapain cita-cita bangsa. Pancasila sebagai sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia harus berdiri kokoh hingga tak tergoyangkan oleh apapun.

Hari ini merupakan implementasi dari kekokohan pancasila sebagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Betapa tidak, pasca kemerdekaan Indonesia goncangan, serangan silih berganti menghujam sendi-sendi pancasila tersebut untuk merongrong kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indesia (NKRI), sebut saja berbagai peristiwa sejarah yang terbantahkan mulai dari agresi militer hingga lahirnya gerakan untuk muengubah ideologi bangsa Indonesia menjadi ideologi komunis. Peristiwa mengenaskan yang menyertai  perjuangan bangsa Indonesi di fase demokrasi terpimpin. Embrio gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menjelma jadi suatu kekuatuan yang terorganisir dengan skema pergerakan yang kompeherensif untuk menyeret bangsa Indonesia keluar dari bingkai Pancasila.

Hal yang kontras dimunculkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam bentuk pandangan hidup tentu memicu gejolak bagi bangsa Indonesia. Secara sosiologis, aksiologis, dan empiris tatanan ideologi PKI sangat bersebarangan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang termaktub dalam butir-butir Pancasila. Nilai religius atau keyakinan pada tuhan menjadi dasar utama idelogi bangsa Indonesia yang akan menjiwai rasa keadilan dan humanis, persatuan bangsa. Maka tak ayal dikatakan tidak ada ruang untuk partai berideologi komunis di bumi Ibu pertiwi. Meski demikian, pergerakan PKI tidak terhenti begitu saja. PKI terus tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri. Pertumbuhan PKI saat itu merupakan bom waktu bagi Indonesia mendatang.

Realitanya dengan gerakan yang massif dan terorganisir yang dilakukan oleh partai komuis tersebut mampu memicu lahirnya sebuah gerakan besar yang menggangu stabilitas nasional kala itu, gerakan yang muncul bagaikan perang dalam satu negara. Peristiwa yang terus tersimpan rapih dalam memori kita yakni Gerakan 30 S/PKI berupa pengkhianatan PKI terhadap bangsa Indonesia yang puncaknya terjadi pada tanggal 30 September 1965. Peristiwa ini yang hingga saat ini masih meninggalkan luka yang mendalam dan nilai history yang tidak terlupakan sepanjang sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia.

Meskipun peristiwa ini telah dinyatakan sebagai catatan sejarah bagi bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, namun insiden ini masih saja menajdai polemik dikalangan akademisi, sejarawan maupun masyarakat awam terkait apa motif dan siapa aktor dalam pergerakan keji tersebut. Namun, secara zahir yang kita pahami pergerakan tersebut merupakan upaya untuk menggusur ideologi Pancasila pada ideologi komunis, seperti yang di informasikan otoritas militer Indonesia saat itu. 30 September 1965 duka dalam kemerdekaan Indonesia, dimana petinggi TNI yang terdiri dari 6 Jendral dan 1 Kapten menjadi korban kebiadaban gerakan PKI malam itu, penyikasan, pembantaian dan aksi tidak manusiawi lainnya dilakukan oleh oknum PKI terhadap perwira tinggi TNI Indonesia, peristiwa ini juga dapat diartikan sebagai gerakan kudeta yang dipelopori oleh PKI. Atas rasa kesatuan yang di rajut oleh nilai-nilai pancasila akhirnya gerakan kudeta tersebut bisa di redam oleh otoritas militer Indonesia.

Peristiwa berdarah 30 September tersebut bukan berarti apa-apa bagi Pancasila sebagai landasan hidup bangsa Indonesia, karena dengan adanya peristiwa tersebut kekokohan dan ketahanan Pancasila sebagai pondasi kehidupan bangsa Indonesia semakin terlihat. Hal ini melatar belakangi sebuah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, yakni teapatnya tanggal 1 Oktober  dinobatkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, peringatan ini menyusul dengan di keluarkannya SK nomor 153 tahun 1967 oleh Presiden Soeharto. Setelah dinyatakan oleh presiden Soeharto waktu itu gelora persatuan bangsa Indonesia selalu terjaga, rasa simpatik dan patriotisme saling bermunculan. Hal ini di tandai dengan berbagai kegiatan yang memupuk rasa nasionalisme anak bangsa seperti adanya pengibaran bendera merah putih setengah tiang, peringatan hari kesaktian pancasila, pembuatan monumen pancasila di Jakarta, hingga penganugerahan sebagai pahlawan revolusi pada pahlawan yang menjadi korban kebiadaban PKI di 30 September tersebut.

Pasca itu, aksi mempertahankan ideolagi Pancasila semakin gencar dilakukan, mulai dari penyisiran terhadap gerakan komunis yang menyebabkan puluhan ribu jiwa tewas akibat gerakan sapu bersih PKI, bahkan tidak sampai distu saja genderang perang ditabuh untuk PKI yakni dengan dibuktikan dengan adanya ribuan warga yang dipenjarakan tanpa proses peradilan karena terindikasi anggota maupun simpatisan PKI yang divonis pendukung komunis dan anti pancasila. Dengan perjuangan panjang tersebut dan didasarkan semangat pancasilais negara Indonesia berhasil meruntuhkan paham komunis di Indonesia, semangat nasionalisme yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila semakin mebuktikan bahwa pancasila itu sakti dan tidak tergoyahkan oleh paham ideologi manapun. Kemanangan bangsa Indonesia atas penumpasan komunis Indonesia mengisyaratkan bahwa pancasila merupakan senjata ampuh untuk menghalau ancaman terhadap bangsa Indonesia. Sejatinya pancasila sudah terinternalisasi dalam jiwa anak bangsa Indonesia. Arus demokrasi yang semakin deras dan tidak terbendung ditatanan politik negara Indonesia maka bermunculan berbagai ormas-ormas dengan mengedepankan pancasila, hingga adanya program penataran P4.

Kepiawaian rezim orde baru dalam menumpas paham komunis menjadikan sensitifitas masyarakat akan PKI dan Pancasila, hingga melahirkan tafsir tunggal pancasila sehingga kekuatan pemerintahan kala itu ditafsirkan sebagai gerakan yang pancasilais,bahkan banyak individu yang berseberangan dengan pemerintah dikategorikan anti pancasila. Konsep pemahaman yang mendokrtin seperti ini berlangsung cukup lama, sehingga banyak elit menjadikan pancasila sebagai alat politik kekuasaan. Pancasila yag di gagas oleh para pendiri bangsa sebagi dasar negara dan ideolgi bangsa di monopoli oleh penguasa yang melahirkan tafsir tunggal, kemudian mengarahkan praktik pemerintahan kepada arah otoritarian. Paham ini berlangsung cukup lama hingga pada tahun 90-an, atas dasar keotoriteran pemerintahan kala itu memicu lahirnya semangat reformasi yang menggelora seantero negeri.

Histori pergerakan bangsa selama puluhan tahun pasca kemerdekaan tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua bahwasanya pancasila sebagai nilai yang telah tumbuh dan hidup puluhan tahun dan tetap mengakar dalam jiwa bangsa Indonesia, pancasila ada dalam diri orang banyak  sehingga orang akan terus bersemangat menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti halnya menjaga nilai-nilai ketuhanan, mengedepan rasa kemanusian, merawat persatu hingga menciptakan prinsip-prinsip keadilan. Dengan demikian pancasila akan tetap lestari dan semakin sakti sebagai falsah kehidupan berbangsa.
Latest