Pekerja Proyek Konstruksi dilihat dari sudut HAM


ARTIKEL 1

PERMASALAHANSemakin besar proyek konstruksi, tentunya akan menimbulkan permasalahan yang semakinkompleks pula, termasuk di dalamnya permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).Pengelolaan proyek yang baik, akan memperhatikan masalah K3 ini, sehingga akan meminimalisir setiap potensi timbulnya kecelakaan kerja yang melibatkan tenaga kerja.Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja proyek konstruksi menjadi prioritas yang harus selaludiperhatikan.1. Data kecelakaan Sektor konstruksi puncak kegiatan konst - th 1990 an - Jumlah kasus 5.191 kasus - Kerugian Rp. 6.4 milyar2. Kondisi - Kesadaran masyarakat thdp K3 masih rendah - Kuantitas & kualitas Peg. Pengawas & Ahli K3 terbatas - Juklak & Juknis operasional otada hrs memadai3. Tantangan yang dihadapi - Tuntutan global semakin mendesak - Tuntutan HAM semakin kritis - Resiko bahaya semakin meningkat


Kecelakaan Kerja Konstruksi, mencakup Pekerja Peralatan Kerja Bahan Baku Konstruksi Proses Konstruksi Pengunjung Masyarakat Sekitar32 % kecelakaan terjadi di Sektor konstruksi di bawah tahun 2000
Efek kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi dapat menyebabkan

rusaknyaperalatan yang digunakan, rusaknya lingkungan sekitar proyek, serta hilangnya nyawa pekerja(fatality). Efek-efek tersebut akan mempengaruhi schedule penyelesaian proyek (project delay)dan pembengkakan biaya konstruksi secara keseluruhan.Kecelakaan yang terjadi pada suatu pekerjaan konstruksi kebanyakan disebabkan oleh tenagakerja yang tidak berpengalaman terhadap apa yang dia kerjakan, peralatan yang sudah tidaklayak untuk dipakai, kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, perilaku karyawan yang kurangpeduli tehadap safety, serta manajemen perusahaan yang kurang peduli sepenuhnya terhadapsafety, serta metode kerja yang tidak aman.Kecelakaan kerja dapat terjadi bila bahaya yang timbul tidak dapat diantisipasi karena kegagalanSistem Pertahanan Keselamatan Kerja (SPKK) BAB 4 PENYELESAIAN MASALAHProgram pengelolaan K3 dalam bidang konstruksi diatur dalam Undang-undang dan PeraturanPemerintah(PP) dengan dasar hukum Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatankerja dan Undang – Undang Jasa Konstruksi.Dasar Pelaksanaan K3 Konstruksi berdasarkan Peraturan Perundangan di Bidang KonstruksiBangunan : • UU No 18/1999 ttg JASA KONSTRUKSI • PP No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, dengan perubahannya menjadi PP 04 Tahun 2010 dan PP 92 Tahun 2010 • PP No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, dengan perubahannya PP No. 59 Tahun 2010

PP 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan Penyelenggaraan jasa Konstruksi, Pasal 6 ayat (4).3 • KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003 :PASAL 29 AYAT (1). • SURAT EDARAN MENTERI KIMPRASWIL NO. UM 03.05-Mn/426 TGL 24 AGUSTUS 2004 PERIHAL PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI LINGKUP PENERAPAN K3 KONSTRUKSI DIPENGARUHI FAKTOR-2 : • Skala Proyek ( jenis Pembangunan prasarana dan sarana) • Teknologi yang digunakan • Lokasi Kerja dan lingkungannya • Penggunaan bahan-bahan/material konstruksi • Penguasaan teknologi • Kompetensi sumber daya manusia dan jumlahnyaHal utama untuk mencegah kecelakaan kerja di konstruksi harus dimulai dengan membentukSPKK (Sistem Pertahanan Keselamatan Kerja) yang baik, salah satunya dengan menerapkansitem manajemen K3 (SMK3). Penerapan SMK3 meliputi metode kerja dan fasilitas yangmendukung pekerjaan tersebut.Sistem manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasionalyangmemungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkansebab suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian keselamatan kerja secara cermatdilaksanakan atau tidak.Tiga faktor dalam penerpan SMK3 di proyek konstruksi yaitu peran manajemen, kondisi danlingkungan kerja, serta kesadaran dan kualitas pekerja. Penerapan SMK3 yang baik akanmemberikan
efek yang signifikan terhadap manfaat proyek, yang dapat diukur dalam parameter

efisiensi, nilai efisiensi, peningkatan dari hasil kualitas kerja dan juga peningkatan aktivitaspekerjaan.Pemerintah pun sejak tahun 1980 telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan denganKeselamatan dan Kesehatan Kerja dalam bidang konstruksi. Tahun 1986 pemerintahmengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga KerjaNo.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja padaTempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3KonstruksiPRINSIP-PRINSIP PENERAPAN SMK3 1. PENETAPAN KEBIJAKAN K3; 2. PERENCANAAN K3; 3. PELAKSANAAN RENCANA K3; 4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3; dan 5. PENINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3.. PEDOMAN PENERAPAN SMK3

Kebijakan K3, paling sedikit memuat : Visi Tujuan perusahaan Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.Rencana K3, paling sedikit memuat : Tujuan dan sasaran; Skala prioritas; Upaya pengendalian bahaya; Penetapan sumber daya; Jangka waktu pelaksanaan; Indikator pencapaian; Sistem pertanggungjawaban.Kegiatan dalam Pelaksanaan Rencana K3 paling sedikit memuat : Tindakan pengendalian Perancangan dan Rekayasa Prosedur dan Instruksi kerja Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Pembelian/pengadaan barang dan jasa Produk akhir Upaya menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri

Rencana dan Pemulihan Keadaan DaruratPemantauan dan evaluasi kinerja K3 Dilaksanakan melalui kegiatan : Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran Audit Internal SMK3Perbaikan dan peningkatan kinerja K3 dapat dilakukan dalam hal, adanya: Prubahan Peraturan Perundangan; Tuntutan dari pihak terkait dan pasar; Perubahan Produk dan kegitan Organisasi; Perubahan Struktur Organisasi Perusahaan; Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi; Rekomendasi Inspeksi K3; Hasil Kajian Kecelakaan di Tempat Kerja; Pelaporan dan Komunikasi; Masukan dari karyawan. BAB 5 KESIMPULAN & SARAN5.1. KesimpulanDari uraian diatas dapat disimpulkan ;Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yangmenyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memilikiKarakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsurtenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yangtinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan

peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasiyang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dll. Berbagai peristiwa kegagalan konstruksi, salahsatu penyebabnya adalah tidak mengikuti prosedur teknis konstruksi secara benar. Selama prosespembuatan konstruksi, kegagalan konstruksi dapat pula dikategorikan sebagai kecelakaan kerja.5.2. SaranPengawasan harus dilakukan dengan ketat tidak hanya oleh Departemen dan Dinas Tenaga Kerjasetempat, tapi juga oleh Departemen Pekerjaan Umum selaku pihak yang memahami aspekteknis konstruksi proyek-proyek bangunan. Pengawasan harus dilakukan dengan ketat tidakhanya oleh Departemen dan Dinas Tenaga Kerja setempat, tapi juga oleh Departemen PekerjaanUmum selaku pihak yang memahami aspek teknis konstruksi proyek-proyek bangunan. Proseduraudit sistem keselamatan, kalibrasi peralatan kerja, hingga sertifikasi keselamatan dan kesehatankerja seharusnya dijalankan dengan jauh lebih tegas. BAB 6 PENUTUPKecelakaan kerja konstruksi masih merupakan masalah besar yang memerlukan perhatian lebiholeh para partisipan proyek, karena angka kecelakaan yang masih tinggi. Teori penyebabkecelakaan kerja konstruksi telah berkembang, tidak hanya memandang dari aspek pekerja(personal) saja, tetapi juga memandang dari aspek manajemen dan organisasi. Yang berperandalam meminimalkan kecelakaan tidak hanya dari pihak kontraktor saja, tetapi semuapihak(partisipan) proyek harus ikut berperan. Perencanaan keselamatan kerja konstruksisebaiknya dilakukan jauh sebelum tahap pelaksanaan, misalnya pada tahap disain atau bahkanpada tahap konsepsi.

ANALISIS.
peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasiyang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dll. Berbagai peristiwa kegagalan konstruksi, salahsatu penyebabnya adalah tidak mengikuti prosedur teknis konstruksi secara benar. Selama prosespembuatan konstruksi, kegagalan konstruksi dapat pula dikategorikan sebagai kecelakaan kerja.5.2. SaranPengawasan harus dilakukan dengan ketat tidak hanya oleh Departemen dan Dinas Tenaga Kerjasetempat, tapi juga oleh Departemen Pekerjaan Umum selaku pihak yang memahami







Artikel 2
 kontruksi bangunan
Nyaman dan aman. Itulah dua aspek penting dalam membuat sebuah rancangan rumah. Kenyamanan konstruksi rumah mungkin tergantung dengan selera individu. Namun, tidak untuk masalah keamanan konstruksi bangunan. Karena, memiliki bangunan rumah aman adalah keinginan kita semua.

Sayangnya, obsesi bangun rumah menjadi tempat tinggal yang aman kadang tidak kita pikirkan dampaknya. Pasalnya, ketatnya keamanan rancangan konstruksi rumah bisa saja menjadi sebuah dilema besar bagi kita. Bukan rasa aman yang didapat, melainkan ‘maut’ siap menanti, seandainya terjadi peristiwa yang tidak kita inginkan.

Kasus kebakaran rumah (terutama berdesain ruko) yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah contohnya. Beberapa korban tewas, salah satunya diakibatkan desain rancangan bangunan rumah yang terlalu ketat. Tidak ada sedikitpun celah untuk bisa melarikan diri. Jeruji besi yang sedianya dipasang untuk keamanan rancang bangun rumah, berubah menjadi sebuah ruangan bak neraka. Karena tak bisa keluar, korban pun akhirnya pingsan dan terbakar.

Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, bukan satu ring saja jeruji besi itu terpasang. Bisa sampai beberapa lapis. Dari mulai teras rancang rumah, pintu, jendela hingga balkon. Demikian juga di ruang bangun rumah terbuka lainnya. Karena, disadari atau tidak, kondisi ini dapat meminimalkan gerak penghuninya bila bencana seperti kebakaran terjadi.
Bagaimana mau menyelamatkan diri jika terjebak dalam ruangan?. Jangankan untuk loncat, mencari bantuan dengan berteriak pun bukanlah hal yang mudah. Jeruji besi yang terpasang tidak memberi sedikitpun ruang untuk bisa mempertahankan diri dari kobaran api.

Menurut Aditya ST dan Anditya ST, dua kakak beradik yang berprofesi sebagai arsitektur ini, keamanan memang menjadi sebuah harga mati bagi masyarakat. Mengingat tingkat kriminalitas di kota-kota besar, seperti Medan yang makin merajalela. Sayangnya, konsep keamanan tersebut ternyata tidak mempertimbangkan dampak negatif seandainya bahaya datang dari dalam rancangan rumah. "Terlampau banyak 'benteng pertahanan' di rancangan konstruksi rumah membuat penghuni akan sedikit kelimpungan bila hendak keluar dari rumah. Pengamanan yang berlapis. Contohnya jendela yang sudah dijeruji lalu dikerangkeng lagi, justru menyukarkan penghuni seandainya bencana berasal dari dalam bangunan rumah,” papar Aditya ST, saat ditemui Global kemarin.

Menurut kedua arsitek ini, biasanya yang banyak menggunakan konsep keamanan seperti ini adalah masyarakat yang tinggal di Rumah Toko(Ruko). Desain konstruksi bangunan ruko yang langsung mentok ke dinding tanpa ada selasar di belakang rancangan bangunan rumah dinilai tidak baik bila dipandang dari segi keamanan. Pasalnya, akses keluar konstruksi rumah hanya satu saja yakni dari depan rancang bangun rumah.

Aditya mengatakan pengadaan rancang rumah selasar di belakang rumah toko amat penting. Sebagai 'pintu' lain sebuah rumah. Idealnya lebar selasar 1,5 hingga 2 meter. Tapi karena rasa sayang mengurangi lahan untuk dijadikan lorong kecil, kebutuhan akan selasar dikesampingkan.
Seyogianya jika bencana terjadi misalnya kebakaran, selasar dapat digunakan sebagai jalan untuk melarikan diri, keluar dari rumah. “Tapi yang kita lihat, pengembang cenderung mau hemat. Kalau lahan digunakan sebagai selasar kan mengurangi luas rumah, harganya lebih murah ketimbang rumah yang tidak ada selasarnya,” tambah Anditya.

http://www.harian-global.com/

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Bangun Rumah - Rancangan Rumah - Rancangan Konstruksi - Rancangan Bangunan - Konstruksi Bangunan Konstruksi Rumah - Bangunan Rumah - Rancang Bangun - Rancang Rumah dan Jasa Mandor : Bangun & Rancangan Rumah - Konstruksi Bangunan Rumah & Rancang Bangun Rumah Jakarta di 88db.com 
Posted by motoraneh at 8:41 PM 

ANALISIS.
Menurut kedua arsitek ini, biasanya yang banyak menggunakan konsep keamanan seperti ini adalah masyarakat yang tinggal di Rumah Toko(Ruko). Desain konstruksi bangunan ruko yang langsung mentok ke dinding tanpa ada selasar di belakang rancangan bangunan rumah dinilai tidak baik bila dipandang dari segi keamanan. Pasalnya, akses keluar konstruksi rumah hanya satu saja yakni dari depan rancang bangun rumah.

Artikel 3
 Konstruksi Bangunan Bank 

Pengertian Bangunan Tinggi
  Sebuah bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi. Biasanya, fungsi bangunan ditambahkan, contohnya bangunan bank  tinggi atau perkantoran tinggi.
Bangunan tinggi menjadi mungkin dengan penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih murah dan kuat. Bangunan antara 49 kaki dan 491 kaki (15 m hingga 150 m), berdasarkan beberapa standar, dianggap bangunan tinggi. Bangunan yang lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 m), sehingga bangunan setinggi 79 kaki (24 m) memiliki 6 tingkat.
Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa beton.
Meskipun definisi tetapnya tidak jelas, banyak badan mencoba mengartikan arti bangunan tinggi:
1.         International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap evakuasi"
2.         New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan yang memiliki banyak tingkat"
3.         Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)
4.         Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m).
Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Mereka juga menghadapi tantangan serius bagi pemadam kebakaran selama keadaan darurat pada struktur tinggi. Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti itu.
Contoh tantangan terhadap pemadam kebakaran pernah terjadi. Pemadam kebakaran diarahkan ke sebuah hotel tinggi di Lexington, Kentucky dengan laporan asap di bangunan itu. Ketika pemadam mencari sumbernya, mereka menemukan asap di lorong, bukan di kamar tamu. Ini membantu pemadam mengetahui bahwa masalahnya berasal dari sistem HVAC dan bahaya asli tidak terjadi.
Bangunan tinggi mulai dibangun pada waktu awal berdirinya Amerika selama kebangkitan industri. Menggunakan bahan ringan, mereka mampu membuat bangunan bertingkat 8. Asch Building memiliki 10 tingkat.

STRUKTUR  DAN FASILITAS GEDUNG
2.1 PELAT LANTAI (Floor Plate)
          Yang di maksud pelat lantai adalah yang terletak di atas tanah langsung jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini di bentuk oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Guna pelat lantai adalah :
1.      Memisahkan ruang bawah dan atas,
2.      Sebagai tempat berpijak penghuni di atas,
3.      Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah,
4.      Meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah dan
5.      Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal.
Kuat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian sama; tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh: beban yang harus didukung, besaran lendutan yang di izinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.
Pada pelat lantai banya diperhitungkan adanya beban tetap saja yang bekerja tetap dalam waktu yang lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin,  getaran tidak di perhitungkan.
Bahan untuk pelat lantai dapat terbuat dari:
1.      Kayu,
2.      Beton dan
3.      Baja.
Pelat lantai dari baja umumnya hanya untuk bangunan gudang, bengkel atau bangunan khusus yang dapat di pesan dari perusahaan baja atau bengkel besi.
Pelat lantai dari beton bertulang umumnya di cor ditempat ,bersama sama balok penumpu dan kolom pendukungnya. Demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit.
Pada belat lantai beton di pasang tulangan baja pada kedua arah,tulangan silang untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan pelat lantai harus di kaitkan kuat pada tulangan balok pengampu.
Pelat lantai dari beton mempunya banyak keuntungan, antara lain adalah:
1.        Mampu menahan beban besar,
2.        Merupakan isolasi suara yang baik,
3.        Tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapisan kedap air, jadi di atasnya boleh di buat dapur dan kamar mandi,
4.        Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai,
5.        Merusakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai tidak dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat di beri balok-balok sebagai tumpuan yang juga berfungsi menambah kekuatan pelat. Bentangan pelat yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi lebih besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.
Pelat lantai dari beton umumnya dicor di tempat. Untuk ini diperlukan pekerjaan bekesting, yaitu membuat cetakan dari papan kayu yang di dukung oleh tiang tiang perancah. Cetakan ini berfungsi untuk menahan tulangan dan adukan beton yang masih basah yang belum mempunyai kekuatan dan juga memberi bentuk agar ukuran beton sesuai dengan yang di rencanakan.
Pada pelat lantai beton yang bawahnya tidak di pasang plafon, maka kabel kabel listrik harus di tanam di bawah betonnya, jadi  sebelum pekerjaan cor di mulai, semua kabel jaringan listrik sudah terpasang rapi di atas papan cetakan. Untuk menggantungkan bola lampu dapat di pasang papan kayu kecil yang tertanam didalam betonnya.
Bagian pelat lantai untuk ruangan dibuat rata atas dengan balok penumpunya,tapi pada ruangan kamar mandi harus di buat rata bawah, jadi pelat lantai kamar mandi lebih rendah daripada lantai ruangan. Beda lantai ini dimaksudkanuntuk meletakkan pipa sanitasi agar dapat tertanam  dan menyebabkan merembesnya air ke ruangan lain apabila pelat lantai kamar mandi ternyata bocor.
Untuk membongkar bekesting harus menunggu sampai betonnya menjadi keras dan kuat mendukung beban diatasnya.jika tidak ditentukan lain, pembongkaran bekesting hanya boleh setelah beton berumur 3 minggu.
Untuk mencegah kepingan plat lepas saat bangunan digoncang gempa, maka kepingan plat harus dibuat menyatu dengan baloknya.
Caranya:
            Tulangan pada kepingan plat harus dilebihkan keluar yang nantinya di lilitkan pada stek-stek tulang yang sudah disiapkan pada baloknya, sehingga dengan demikian dapat dijamin adanya hubungan yang baik antara kepingan plat dan balok penumpunya.

2.2  RANGKA BANGUNAN

          Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya.
          Rangka bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana atau bertingkat sederhana atau bertingkat rendah. Umumnya berupa Struktur Rangka Portal (“Frame Structure”,”Open Frame”). Struktur ini berupa kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.
          Pada sistem rangka ini,dinding penyekat tidak di perhitungkan ikut mendukung beban, jadi fungsinya hanya sebagai pembatas ruang saja, oleh karena itu ukurannya harus di buat sekecil mungkin, agar beratnya dapat seringan-ringannya. Dengan demikian ukuran rangka portal dan fondasinya akan menjadi lebih kecil.
          Kolom portal harus di buat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus di hindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap tiap lapis lantai .Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang di dukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
          Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit- jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya vertikal dan Gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
            Rangka Portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadapbeban- beban sebagai berikut:
            Beban- Mati, dinyatakan dengan lambang       : M
            Beban – Hidup, dinyatakan dengan lambang  : H
            Beban –Angin, di nyatakan dengan lambang  : A
            Beban – Gempa, di nyatakan dengan lambang : G
            Beban- Khusus, dinyatakan dengan lambang   : K
Kombinasi pembebanan
Pembebanan tetap             :  M + H
Pembebanan sementara     :  (M+H) + A Di pilih pengaruh yang lebih besar
                            Atau      :  (M+H) + G
Pembebanan khusus          :  (M+H) + K
                            Atau      :  (M+H) + A +K
                            Atau      :  (M+H) + G +K
            Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu kontruksi bangunan dipakai pembebanan tetap yang paling terberat. Setelah diperoleh ukuran dari kontruksi portalnya berdasarkan ijin bahan, langkah selanjutnya adalah mengadakan perhitungan kontrol terhadap beban sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan kontruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata kontruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbasar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mundukung beban tetap, beban sementara dan atau beban khusus.

Pengertian beban
1.        Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambagan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya,
2.        Beban-hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban-hidup termasuk air-hujan yang tergenang,
3.        Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang),
4.        Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik,
5.        Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih suhu, penurunan fondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.
   Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan gaya desak, sedang tulangan baja mampu menahan gaya tarik, jadi bagan beton bertulang merupakan konstruksi bangunan yang mampu menahan gaya-desak dan gaya tarik yaitu gaya-gaya yang bersifat merusak pada konstruksi. Selain itu beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
            Untuk hitungan Mekanika portalnya, dapat dipakai anggapan-anggapan sebagai berikut:
1.        Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap rangka kayu.
       Portal di sini tidak bertingkat, pada balok bekerja beban terbagi rata-rata dari plat lantai. Sedang pada kolom masih ada beban titik (P) dari berat kuda-kuda dan plafon lantai atas,
2.        Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap datar yang menjadi satu dengan tangka bangunannya. Di sini portalnya bertingkat satu. Pada balok lantai bekerja beban terbagi rata dari lantai (q1) dan pada balok atap bekerja beban terbagi rata dari atap (q2).
            Semua rangka bangunan bertingkat harus direncanakan dan diperhitungkan mampu meredam gaya gempa yang melandanya. Mengingat bahwa gaya gempa ini sulit diukur kepastian besarnya, maka biasanya untuk perencanaan diberi batasan-batasan sebagai berikut:
1.        Pada gempa kecil, struktur tidak boleh mengalami kerusakan sekecil apapun,
2.        Pada gempa sedang, bagian yang non struktural boleh rusak, artinya bagian ini boleh dikorbankan agar struktur utamaya tetap utuh,
3.        Pada gempa besar, sebagian struktur boleh rusak tapi tidak mengakibatkan keruntuhan seluruh bangunan.

Besarnya angka keamanan untuk gempa dapat detuntukan antara lain berdasarkan kepada:
1.        Zone daerah gempa, pada daerah yang sering dilanda gempa harus diberikan angka keamanan yang cukup besar,
2.        Fungsi gedung, misal untuk bangunan rumah-sakit atau sekolah mempunyai angka keamanan lebih besar daripada bangunan perkantoran,
3.        Luas dan tinggi gedung, untuk gedung yang makin besar dan komplek harus diberikan angka keamanan yang makin besar pula,
4.        Jenis bahan konstuksi yang dipakai dan tipe atau bentuk bangunan, juga akan menuntut suatu angka keamanan tertentu yang dipakai dan tipe atau bentuk bangunan, juga akan menuntut suatu angka keamanan tertentu yang besarnya dapat diambil berdasarkan dari buku peraturan yang berlaku.
Pada stuktur ‘open frame’, semua pasangan bata dan rangka pintu-jendela tidak boleh diperhitungkan ikut sebagai pendukung beban bangunan, biasanya bagian ini yang dikorbankan untuk rusak apabila ada gempa. Dalam perencanaan rangka portal, kolom harus dibuat lebih kuat daripada baloknya dan balok lebih kuat daripada pelat lantainya.
Hal ini dapat dimengerti, sebab keruntuhan satu kolom berarti keruntuhan total bangunan.
            Langkah-langkah dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat adalah :
1.        Hitungan Mekanika:
Pada tahap ini detentukan besarnya beban yang bekerja, kemudian dengan dasar gambar konstruksi dan metoda hitungn yang berlaku, dicari besarnya momen, gaya lintang dan gaya geser akibat beban tetap,
2.        Perencanaan kontruksi:
Misal akan dipakai konstuksi beton bertulang, maka dengan berdasarkan tegangan izin bahan (*) dan hasil hitungn mekanika, dapat ditentukan dimensi dari struktur beton dan tulangannya,
3.        Kontrol Gaya Gempa: P
Pada tahap beban sementara ini dilakukan kontol hitungan dari hasil dimensi struktur yang sudah didapat, agar nantinya struktur betul-betul mempunyai konstruksi yang mantap, aman stabil.

ANALISIS.
            Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu kontruksi bangunan dipakai pembebanan tetap yang paling terberat. Setelah diperoleh ukuran dari kontruksi portalnya berdasarkan ijin bahan, langkah selanjutnya adalah mengadakan perhitungan kontrol terhadap beban sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan kontruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata kontruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbasar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mundukung beban tetap, beban sementara dan atau beban khusus.
ARTIKEL 4
 KONSTRUKSI BANGUNAN dengan topik
BORPILE
Pendahuluan
Hampir di setiap proyek konstruksi pondasi tiang merupakan teknologi pondasi dalam yang telah jamak dipergunakan. Salah satu metode pemasangan tiang pondasi ini adalah dengan sistim bor. Meski tak sepopuler pondasi tiang pancang, penggunaan tiang bor ini semakin banyak dijumpai. Dalam kedalaman dan diameter dari tiang bor dapat divariasi dengan mudah, pondasi tiang bor dipakai untuk beban ringan maupun beban berat seperti bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. Juga dipergunakan pada menara transmisi listrik, fasilitas dok, kestabilan lereng, dinding penahan tanah, pondasi bangunan ringan pada tanah lunak, pondasi bangunan tinggi, dan struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar, dan lain- lain.
  Alat pengebor
Setiap kontraktor umumnya memiliki peralatan yang berbeda, setiap alat yang ada hanya sesuai penggunaannya pada kondisi tanah dan teknik pengeboran tertentu saja. Salah satunya adalah fight auger. Alat yang sederhana dan ringan ini mempunyai kemampuan membuat lubang bor berdiameter 0,8-3,6 m. Cara kerjanya, rig akan berputar masuk ke tanah sampai terisi penuh oleh tanah, kemudian ditarik kembali ke atas dan diayun supaya tanah yang menempel lepas dari pisaunya.
Alat ini efektif pada jenis tanah clan batuan lunak. Tetapi karena di lapangan biasanya mengalami kesulitan pada saat pengeboran, para kontraktor bisanya memilih mesin bor lainnya atau mengganti pisaunya dengan yang lebih baik. Pisau berbenruk spiral melancip akan membantu dalam pengeboran tanah yang keras dan batuan.
Selain itu juga terdapat beberapa peralatan lain seperti bucket auger. Berfungsi unruk mengumpulkan basil galian dalam keranjang berbenruk spiral dengan cara mcngambil tanah dari galian ke atas dan dibuang, alat ini biasanya berfungsi baik pada tanah pasir.
Kedua, belling buckets. Ajar ini mempunyai keistimewaan dengan Jkuran yang lebih bcsar pada bagian dasarnya. Pembesaran vol ume biasanya disebut bells atau finder reams. Ketiga, core barrels. Alat pemotong berbentuk lingkaran, membuat dan menggali bentuk silinder. Alat ini biasanya digunakan pada tanah dan ban'''.:1 keras.
Keempat, multi roller Alat ini hanya digunakan unruk batuan keras. Kelima  cleanout bucket yang berfungsi untuk memindahkan hasil galian akhir dari lubang bor dan membuat dasar pengeboran menjadi lebih bersih. Tiang tahanan ujung memburuhkan tipe bucket seperti ini.
Metode konstruksi tiang bor
Cara kuno unruk konstruksi tiang bor adalah dengan menggali secara manual, kemudian melakukan pengecoran beton. Jenis tiang bor yang dikerjakan dengan cara ini sering disebut tiang Strauz. cara ini amat membatasi kedalaman dan jenis tanah yang dapat ditembus, sehingga terutama hanya digunakan umuk bangunan residential atau bangunann ringan lainnya. Dengan ditemukannya alat-alat bor modern, maka pelaksanaan konstruksi menjadi lebih mudah. untuk suatu jenis  alat pembor, lama waktu pemboran  tergantung dari kemampuan dan tenaga dari mesin.
Pengeboran dengan cara kering (dry method)
Cara ini membutuhkan tanah jenis kohesif dan muka air tanah berada pada kedalaman di bawah dasar lubang bor, atau jika permeabilitas tanah sedernikian kecilnya sehingga pengecoran beton dapat dilakukan sebelum pengaruh air terjadi.
Pemboran dengan casing
Casing diperlukan karena runtuhan tanah (caving) atau deformasi lateral dalam lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu dipertahankan sebelum cosing masuk. Dalam kondisi tertent, casing harus dimasukkan dengan menggunakan vibrator. Penggunaan casing harus cukup panjang dan mencakup seluruh bagian tanah yang dapat runtuh akibat penggalian dan juga diperlukan bila terdapat tekanan artesis.
Kadang kala casing sukar dicabut kembali bila beton sudah mengalami setting, tetapi sebaliknya casing tidak boleh dicabut mendahului elevasi beton karena tekanan air di sekeliling dinding dapat menyebabkan curing beton tidak sempurna. Casing juga dibutuhkan pada pengecoran di atas tanah atau di tengah-tengah air misalnya pada pondasi untuk dermaga atau iembatan.
Pelaksanaan dengan Slurry
Metode ini hanya dapat dilakukan untuk suatu situasi yang membutuhkan casing. Perlu dicatat di sini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor harus mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air di sekitar lubang bor. Bentonite yang dieampur dengan air adalah bahan yang dipakai sebagai siurry. Umumnya diperlukan bentonite sebanyak 4% hingga 6% untuk pencampuran tersebut.
Dalam penggunaan slurry, umumnya, dikehendaki agar tidak membiarkan bahan ini terlalu lama dalam lubang galian sehingga campuran tersebut tidak menyebabkan suatu bentuk bahan kental (cake) yang menempel di dinding lubang bor. Bila lubang bor telah siap, maka anyaman tulangan segera dimasukkan. selanjutnya  dimasukkan treminya.
Merangkai tulangan dan memasukkan tulangan ke dalam lubang bar susunan tulangan untuk pondasi tiang bor ditentukan oleh besarnya gaya-gaya dalam (momen, geser clan gaya normal) yang dihitung oleh perencana. Dalam banyak hal, bilamana tiang bor hanya hanya memikul  beban lateral di kepala tiang, maka tulangan tidak harus sampai ke dasar pondasi. Cukup sampai posisi di mana gaya- gaya tersebut harus dipikul oleh beton dan tulangan bersama-sama.
Tetapi bilamana tiang bor digunakan sebagai shoulder pile, tuiangan umumnya harus dipasang pada seluruh kedalaman. Karena momen terbesar berada di sekitar kedalaman batas galian, maka kerapatan tulangan lebih besar  pada lokasi tersebut.
Aspek penting lain dalam tulangan adalah kekakuan yang harus dipertahankan pada saat pengangkatan tulangan, agar tidak berubah bentuk dan tetap lurus pada saat rnasuk ke dalam lubang bor. Untuk memproleh bentuk yang silindris kadang-kadang diperlukan pengkaku (stiffener) pada penampang melintang dan tulangan. Tahu beton (concrete decking) dapat diperlukan untuk mempertahankan adanya selimut beton pada sisi luar tulangan.
Pengecoran beton
Umumnya untuk pekerjaan besar digunakan mixer beton yang dikirim dalam truk-truk mixer, schingga kualitas beton dapat mencapai keseragaman yang lebih baik. Untuk memasukkan beton ke dalam lubang bor harus digunakan pipa tremi rerutama dimana muka air tanah cukup tinggi. Bilamana beton dijatuhkan 5ecara bebas ke dalam lubang bor diperkirakan dapar teriadi segregasi dan muncul rongga-rongga yang sulit dikontrol.
Pengecoran beton ke dalam lubang bor tidak bolch terputus. .Slump beton urnumnya diambii cukup tinggi untuk memastikan beron mengisi seluruh rongga ke dalam lubang dan membentuk selimut beton yang melindungi tantangan dari air dan tanah disekitarnya.
Untuk memasukan beton pertama kali melalui pipa tremi, umumnya diberi penyumbat  agar beton dapat masuk ke dalam lubang bor tanpa bercampur dengan air dan tanah. sebagai penyumbat, dapat digunakan beberapa cara, di antarany menggunakan pasta semen atau campuran pasta semen clan polypropylene.
Pengendalian mutu
Pengendalian mutu untuk pelaksanaan pembuatan pondasj . tiang bor meliputi pemeriksaan kondisi tanah pacla saar pengeboran, cara handling dan penempatan tulangan, mutu beton clan pengukuran volume beton.
Pengawasan mutu yang diperlukan untuk lubang bor adalah pemeriksaan alignment yang terakhir, jenis tanah yang diperoleh dan pembersihan dasar lubang.
Bor pile dengan grouting pada ujung tiang
Zona kaki tiang bor (bore pile) umumnya terganggu prosedur konstruksi secara normal. Gangguan ini dapat terjadi akibat relaksasi tegangan akibat dari penggalian lapisan tanah di atasnya, aliran air tanah ke dalam lubang galian dan proses pengeboran itu sendiri. Gangguan pada tanah ini umumnya sulit bahkan tidak mungkin untuk dihindari.
Pada awal tahun 1960, usaha-usaha dimulai untuk memperoleh tahanan ujung dari tiang bor menggunakan cara grouting bertekanan di ujung tiang. Pada 1975, Gouvenot dan Gabiax menunjukkan hasil dari uji pembebanan dimana pondasi tiang bor berdiameter besar yang di-grout kakinya ternyata daya dukungnya meningkat tiga kali lipat, baik pada tanah lempung maupun pada tanah pasiran. Akibarnya teknik postgrouting menjadi rutin di dalam proses konstruksi tiang bor di dunia (Bruce, 1986).
Pelaksanaan grouting di kaki pondasi meliputi tahapan-tahapan. Pertama, pemasangan pipa grout pada saat persiapan pembuatan tu!angan. Kedua, seteiah beton pada taiang mengeras, injeksikan
grout bertekanan tinggi ke kaki tiang yang akan mengakibatkan tanah di dasar pondasi tiang memadat.
Teknik grouting bervariasi metodenya sehingga hasilnya akan berbeda. Variasi tersebut tergantung daripada sistem distribusi grout, ada tidaknya gravel pack di kaki pondasi, penggunaan grouting permeasi atau kompaksi, dan lain-lain.
Sliwinski dan Fleming (1984) menjelaskan pertama perlu dipasang gravel plug. Lizzi (1981) menjelaskan suatu mekanisme dengan dua buah pelat yang terpisah oleh pengganjal. Ke dalam dua buah pelat berlubang tersebut dapat dilakukan grout secara kompaksi mekanis. Bolognesi mengusulkan penggunaan gravel pack.
Perkembangan teknologi struktur, khususnya sistem pondasi dalam, baik tiang pancang maupun tiang bor tak secepat perkembangan teknologi lainnya. Tetapi geliatnya tetap terasa dan dapat diimplementasikan dengan mudah, asalkan dibarengi dengan pemahaman serta penguasaan teknik penerapannya. .

Author by Levi 241008
ANALISIS.
Pelaksanaan grouting di kaki pondasi meliputi tahapan-tahapan. Pertama, pemasangan pipa grout pada saat persiapan pembuatan tu!angan. Kedua, seteiah beton pada taiang mengeras, injeksikan
grout bertekanan tinggi ke kaki tiang yang akan mengakibatkan tanah di dasar pondasi tiang memadat.

ARTIKEL 5
Kegagalan dalam konstruksi bangunan gedung Presentation Transcript
· Kegagalan Dalam Konstruksi Bangunan Gedung Metro Grosir Tanah Abang Aspek Hukum Jasa Konstruksi dan Etika Usaha Perumahan dan Permukiman Disusun Oleh : Andy Noviansyah Annur Bernardus Gunardi Herliana Sidabutar Ryan Anggrian KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN TAHUN 2013
· PENDAHULUAN Suatu kontrak konstruksi yang telah memenuhi syaratsyarat yang sah dan asas-asas suatu kontrak, tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kegagalan bangunan (Building Failure). Dalam pekerjaan konstruksi bangunan sering ditemukannya kegagalan bangunan yang dapat diakibatkan oleh pihak penyedia jasa atau pengguna jasa. Semua pekerjaan konstruksi melakukan pergerakannya sesuai dengan tahapan (siklus) kegiatannya yaitu diawali dengan perencanaan, sifat bahan bangunan yang digunakan, pengujian bahan dan bangunan/konstruksi, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharan bangunan. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan secara bertahap agar memperoleh hasil yang baik dan memuaskan. Tahap-tahap tersebut harus dilakukan dengan baik, jika pada salah satu tahap terjadi kegagalan maka akan mempengaruhi kegiatan yang lainnya serta harus mengikuti ketentuan atau standar yang berlaku.
· Kegagalan bangunan dapat disebabkan oleh faktor kesalahan manusia itu sendiri. Kesalahan manusia itu dapat diakibatkan dari ketidaktahuan,kesalahan kinerja (kecerobohan dan kelalaian) dan keserakahan. Ketidaktahuan dapat diakibatkan dari kurangnya pelatihan, pendidikan dan pengalaman. Kesalahan kinerja ( kecerobohan dan kelalaian) termasuk salahnya dalam perhitungan dan tidak terperinci, tidak benar dalam membaca gambar dan spesifikasi dan cacat konstruksi. Walaupun demikian, konsultan tersebut harus merencanakan segala sesuatunya dengan baik, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal juga.
· PENGERTIAN Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia dan/atau pengguna jasa. kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari pengguna jasa atau penyedia jasa.
· ASPEK HUKUM Berdasarkan UU Kegagalan Bangunan terbagi atas beberapa definisi di : 1. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi 2. Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang Jasa Konstruksi 3. HAKI pada tahun 2001 mencoba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 4. Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK)
· CONTOH KASUS “Runtuhnya Penambahan Bangunan Pada Grosir Tanah Abang” LATAR BELAKANG KASUS PENYEBAB SANKSI AKIBAT
· Latar Belakang Kasus Di bidang konstruksi sebenarnya sering juga terjadi malpraktek yang disebabkan baik oleh pihak pengguna jasa maupun penyedia jasa. Salah satu contoh malpraktek konstruksi adalah robohnya bangunan tambahan di pusat grosir Metro Tanah Abang yang terjadi pada tanggal 23 Desember 2009 yang lalu. Robohnya bangunan tambahan di pusat grosir Metro Tanah Abang sangat mungkin disebut sebagai malpraktek konstruksi. Walaupun selama ini robohnya suatu bangunan tidak pernah disebut sebagai malpraktek. Kesalahan-kesalahan di bidang konstruksi yang dilakukan oleh orang-perorang atau badan usaha yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain menurut penulis dapat disebut sebagai malpraktek konstruksi. Dalam kasus Metro Tanah Abang kerugian dialami oleh masyarakat yang menderita luka-luka dan meninggal dunia.
· Penyebab Runtuhnya Berdasarkan informasi yang didapat, runtuhnya gedung tambahan grosir metro tanah abang disebabkan beberapa kesalahan seperti dibawah ini : 1.Kesalahan Perencanaan 2.Kesalahan Pelaksanaan 3.Kesalahan Pengawasan
· Akibat yang Ditimbulkan Dari kesalahan yang diungkapakan sebelumnya, akibat yang timbul berdasarkan informasi yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Terdapat korban meninggal sebanyak 4 orang 2. Terdapat korban luka –luka sebanyak 14 orang 3. Bertambahnya biaya dan waktu untuk konstruksi
· Sanksi Hukum Berdasarkan kasus runtuhnya penambahan gedung grosir tanah abang, sanksi hukum yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab penyedia jasa dalam UUJK Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan dalam pasal 26 ayat 1 dan 2. 2. Sanksi bagi penyelenggara konstruksi dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42 dan 43 UUJK. 3. dikenakan dua dugaan pidana yaitu pelanggaran pasal pelanggaran pasal 359 KUHP mengenai kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain, pasal 360 KUHP mengenai kelalaian yang mengakibatkan orang lain lukaluka, serta pelanggaran UU nomor 28 tahun 2002 mengenai bangunan dan gedung.
· Ini adalah beberapa dokumentasi pada saat kejadian 

ANALISIS.
PENGERTIAN Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia dan/atau pengguna jasa. kegagalan konstruksi