Konsep Ahlaq (suatu makalah pengetahuan umum tentang ahlaq )



 MAKALAH KELOMPOK

     DISUSUN OLEH :  · WAHYU AGUNG SAPUTRA · ERIK FAHRONI S · VANNY MARDHATILLAH                                      ·  HARMELISA DIANASARI · SENDRIKA PUTRi  · ANDIMAN · HENGKI TARMAN                                       · DITA TRISNAWATI  /2013


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia itu berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusiadi segala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan tehnologi modern dan berakhlak mulia tentu saja akan memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan tehnologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak diserta dengan akhlak yang mulia, maka dia akan menyalahgunakan apa yang dimilikinya dan menimbulkan bencana di muka bumi ini.

           Maka dari itu faedah akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan akanb lebih rendah derajatnya dari pada binatang.
          
Apabila aktivitas akal manusia tidak dibimbing dengan akhlak yang mulia, maka kehancuran dalam masyarakat tidak dapat dibendung lagi. Akal dangan modal tanpa moral tidak akan menyejahterakan manusia, melainkan sebaliknya justru akan menghancurkan manyarakat serta menimbulkan kerusakan baik di daratan maupun di lautan, karena ulah manusia yang tidak bermoral. Dengan mempelajari, menghayati serta mengamalkan ilmu akhlak diharapkan manusia mampu untuk mengendalikan diri, memperhatikan kepentingan orang lain, penuh tenggang rasa, mampu memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah
           Berdasarkan latar belakang di atas maka dapatlah diajukan beberapa permasalahan diantaranya :
1. Apa definisi akhlak dan bagaimana pendapat beberapa ahli tentang definisi akhlak?
2. Apa saja objek atau ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak?


1.3 Tujuan 
            latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Mengetahui definisi akhlak baik secara etimologi maupun terminology, dan juga pendapat-   pendapat beberapa ahli.
2. Mengetahui Ruang lingkup pembahasan akhlak, sehingga bisa menentukan mana yang baik dan buruk,mana yang haq dan bathil,dan menerapkan akhlak yang dianjurkan dalam qur’an dan hadits dalam kehidupan beragama,  berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

 


PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlaq
          
Akhlaq adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq. Dalam Al-Qur’an kata khuluq disebut diantaranya pada surat Al-Qalam ayat 4:
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”  (QS. Al-Qalam : 4)

           Sedangkan dalam hadits banyak disebutkan diantaranya :
ketika Siti Aisyah ditanya oleh para sahabat tentang akhlak Rasulullah saw., ia menjawab dengan singkat: كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآن)) “Akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an.(HR.Muslim).”
انّمابعثت لأتمّم مكارم الأخلاق (رواهالبخاري)
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”.

          Dengan demikian merujuk kepada ayat diatas kata akhlak atau khulqun secara kebahasan berarti budi pekerti, adat kebisaan, atau perangai muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.
           Dilihat dari segi terminologi (istilah) “ Akhlak “ (أَخْلاَقٌ ) terdapat beberapa pakar yang berpendapat antara lain :

a. Muhammad Abdullah Dirros :
           “ Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam hal akhlak yang baik ) atau pihak yang jahat ( akhlak yang jahat ) “ . Selanjutnya perbuatan-perbutan manusia yang dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dengan dua syarat, yaitu :
           Pertama, Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.
         Kedua, Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah danlain sebagainya.

b. Barmawie Umary :
        “Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.”

           Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat, sifat seseorang atau perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar sudah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta di angan-angan lagi. Maka dari itu gerakan refleks, denyut jantung dan kedipan mata itu tidak dapat disebut sebagai akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Sebab akhlak merupakan “kehendak” dan “kebiasaan” manusia yang menimbulkan kekuatan-kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu.
         Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri manusia setelah dibimbing, dan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk melakukannya. Oleh karena itu faktor kehendak atau kemauan memegang peranan yang sangat penting sebab dengan adanya kehendak tersebut telah menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang karenanya dapat disebut dengan “akhlak”.
        Maksud dengan sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta di angan-angan lagi, disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak di kehendaki. Maka perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan ” azimah ” yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh karenanya jelas bahwa perbuatan itu memang sengaja di kehendaki adanya. Hanya saja keadaan yang demikian ini dikakukan secara kontinyu, sehingga sudah menjadi adat / kebiasaan untuk melakukannya, karenanya timbullah perbuatan itu dengan mudah tanpa difikirkan lagi, begitu juga karena bentuknya tidak kelihatan sehingga dapat dikatakan bahwa “Akhlak” ( أَخْلاَقٌ) adalah nafsiah ( bersifat kejiwaan ) atau maknawiyah ( sesuatu yang abstrak ), sedangkan bentuknya yang kelihatan dinamakan mu’amalah ( tindakan ) atau suluk (prilaku) maka dari itu bentuknya akhlak adalah sumber dan prilaku tersebut.
Keseluruhan definisi akhlak tersebut diatas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansi saling tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
“Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakuakan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikirannya. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbutaan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.”

2.2 Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
         
Dari pokok masaalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah “perbuatan manusia”. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kreterianya apakah baik atau buruk. Dalam kaitan dengan ini Muhammad al-Ghozali menjelaskan bahwa kawasan pembahasan Ilmu Akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu ( perseorangan ) maupun kelompok.
          Jadi, ilmu akhlak tidak hanya membahas tingkah laku yang bersifat individual, melainkan juga tingkah laku yang bersifat sosial atau dengan kata lain ” ada akhlak yang bersifat perorangan dan ada pula akhlak yang bersifat kolektif ”.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ruang lingkup akhlak adalah akhlak yang baik (akhlak mahmudah) dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah).

2.2.1 Akhlak baik (ahlakul mahmudah)
           Akhlakul mahmudah adalah semua sikap yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan sunnah yang meliputi :

1. Akhlaq terhadap Allah (Kholik)
            Banyak orang memahami bahwa akhlak yang baik khusus dalam bermuamalah dengan sesama makhluk, tidak dalam muamalah dengan Al-Khaliq. Tetapi ini adalah pemahaman yang pendek, sesungguhnya akhlak yang baik sebagaimana terjadi pada muamalah dengan sesama makhluk, juga terjadi pada muamalah dengan Al-Khaliq. Sehingga masalah akhlak yang baik (mencakup) muamalah terhadap Al-Khaliq jalla wa 'ala dan muamalah terhadap makhluk juga. Permasalahan ini seharusnya diperhatikan semua orang. Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah. Kewajiban diri kita terhadap Allah, dengan ibadah shalat, dzikir, doa dsb.
Allah swt. Telah berfirman :

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Adz-Dzariyaat : 56) 
A. Akhlak Yang Baik Dalam Bermuamalah Dengan Al-Khaliq antara lain:

1. Taat kepada perintah Allah
            Taat (taqwa) yaitu meninggalkan semua larangan Allah dan mengerjakan semua perintah-Nya. Di dalam al-qur’an banyak sekali Allah menyebut perihal perintah untuk bertaqwa kepada Allah,yakni [surat Al-baqarah ayat 189, 194, 197, 197, 203, 206, 223], [surat Ali-Imran ayat 50, 102, 123, 130, 200], [surat An-Nisa ayat 1 dan 131], [surat Al-Maidah aytat 2, 4, 7, 8, 11, 35, 57, 88, 96, 100, 108,112], [surat AL-An’am ayat 155], [Al-Anfaal ayat 1 dan 69], [surat At-Taubah ayat 119], [surat Huud ayat 78], [surat Al-Hijr ayat 69], [surat AL-Hajj ayat 1], [surat Al-Mu’minun ayat 52], [surat Asy-Syuara’ ayat 108, 110, 126, 131, 132, 144, 150, 163,179, 184], [surat AL-ankabut ayat 16], [surat Ar-Ruum ayat 31], [surat Luqman ayat 33], [surat AL-Ahzab ayat 1, 37, 55, 70], [surat Az-Zunar ayat 10 dan 16], [surat Az-ZUhruf ayat 63], [surat Al-Hujurat ayat 1, 10, 12], [surat AL-Hadid ayat 28],[surat AL-Mujadilah ayat 9], [surat Al-Hasyr ayat 7 dan 18], [surat mumtahanah ayat 11], [surat At-Taghabun ayat 16], -surat AT-Thalaq ayat 1 dan 10], [surat Nuh ayat 3].

           Di dalam hadits juga disebutkan
“Bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada dan ikutilah suatu kejelekan itu dengan kebaikan maka kebaikan tersebut akan menghapus kejelekan tadi, juga pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang bagus”(HR.Tirmidzi).

2. Bertawakal Kepada Allah. Allah berfirman :
“Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal” ( QS. Ali Imran :160).

Adapun ayat-ayat yang memerintahkan bertawakal kepada Allah antara lain : [Ali Imran:59], [Al-Anfal:61], [Huud:123], [Asy-Syuara’: 217], [An-Naml:79], [Al-Ahzab:48].

3. Cinta Kepada Allah.
Allah berfirman :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”(QS AL-Baqarah :165).
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

           Allah telah menciptakan manusia lebih baik dari makhluk yang lain , diberikan panca indra, diberikan ala mini untuk keperluannya. Karena Dia maha pengasih lagimaha penyayang, maka orang-orang yang beriman akan mencintainya juga dengan menjauhi lerangan dan mengerjakan perintah-Nya.

4. Syukur kepada Allah.
Firman Allah:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7).
“Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan “Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya tidakmampu menghitungnya”.

5. Baik sangka kepada Allah
          “Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.(HR.Bukhori)”.

B. Akhlak Kepada Rasul antara lain :

1. Cinta Kepada Rasul
          Rasul memberikan kita petunjuk-petunjuk dan menjelaskan aturan-aturan, mana yang halal dan mana yang haram,mana yang baikdan mana yang buruk dsb.itu semua agar manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan tercela sehingga selamat dunia dan akhirat. Maka tidak ada alasan untuk membenci rasul, bahkan sebaliknya kita wajib mencintainya yakni dengan berittiba’ (manaati) kepada seluruh sunnahnya baik qauliyah,fi’liyah maupun taqririyah.

2. Berittiba’ (menaati) kepada Rasul
Dalam Al-Qur’an Allah swt. berfirman:
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(Al_A’raf : 63).

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].(QS. An-Nisa’: 80). 

3. Mengucapkan Shalawat dan salam
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230]”.(QS. Al-Ahzab :56)
 
 Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad. Dengan mengucapkan Perkataan seperti : Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.

C. Akhlaq terhadap diri sendiri.
Adalah sifat yang menyangkut pada pribadi seseorang yang harus dilatih dan dan dibina, seperti sidik, amanah, sabar, tawadu’ dan menahan hawa nafsu.
1. Sidik
Mengatakan sesuatu sesuai dengan realitanya. Sebagaimana disebutkan d
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, (71) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.(QS.AL-Ahzab :70-71)

2. Amanah
Merupakan kepercayaan yang diberikan seseorang seperti, harta, jabatan dsb. adalah titipan yang harus dipelihara dan dijaga sebagaimana mestinya. Sabda Nabi : Seorang Arab Badui bertanya, "Kapankah tibanya kiamat?" Nabi Saw lalu menjawab, "Apabila amanah diabaikan maka tunggulah kiamat." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana hilangnya amanat itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat itu." (HR. Bukhari)

3. Sabar
Sabar adalah prilaku pengendalian diri seseorang terhadap ujian yang ditimpakan kepadanya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS.Al_baqarah :155).

4. Tawaduk
Tawaduk yaitu rendah hati, selalu menghormati orang lain,tidak menganggap rendah orang lain, menyingkirkan sifat iri, dengki dan sombong.
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).(QS.An-Naziat : 40-41)

6. Menahan amarah
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS.Ali Imran : 134)

D. Akhlak Kepada Keluarga
1. Sikap anak kepada orang tua
Seorang muslim wajib memberi penghormatan yang secukupnya terhadap ayah dan ibunya. Memelihara mereka dihari tuanya, mencintai mereka dengan kasih sayang yang tulus serta mendoakan setelah mereka tiada. Firman Allah:

(23)dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]. (24) dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Diterima dari Abdullah r.a,katanya:”Saya bertanya kepada Nabi saw. “Apakah amalan yang lebih dikasihi Allah?” jawab Beliau :”Sembahyang dalam waktumya”, Tanya Abdullah :”apa lagi”, jawab rasul :”berbuat baik(berbakti) kepada ibu bapak”, “kemudian apalagi” Tanya Abdullah,rasulmenjawab :”Berjuang di jalan Allah”

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Muttafaqun ‘alaih)

2. Sikap orang tua terhadap anaknya
Hal sudah dicontohkan oleh lukman dalam surat Luqman, diantaranya adalah memberi nafkah dan mendidik anak dll.
Rasul bersabda : “hak-hak anak kepada orang tua ada 3 macam : (1) member nama yang baik bila ia telah dilahirkan,(2) mengajarinya membaca dan menulis ketika ia telah dapat mempergunakan akalnya,(3) menikahkannya jika ia telah dewasa.

3. Hubungan suami istri
- Suami terhadap istri
o Menjadi pemimpin dan pelindung dalam keluarga
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.”(QS.An-Nisa’ : 34)
“Dan bergaullah dengan wanita-wanita itu dengan baik.”(QS.An-Nisa’:19)

- Istri terhadap suami
o Taat kepada suami
o Melayani suami
o Menjaga kehormatan

E. Akhlak terhadap Masyarakat

1. Tidak membedakan unsure sara sebagaimana Negara kita bersemboyan BhinekaTunggal Ika.
Allah telah berfirman:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat:13)

2. Prinsip Kerja sama
Seperti kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosialyang tidak bisa hidup sendiri,maka dalam bermasyarakat perlu adanya kerja sama
3. Saling kasih saying dan rasa persaudaraan.

F. Akhlak kepada Negara
1. Menegakkan keadilan
2. Pemimpin mengasihi rakyat dan amanah
3. Rakyat taat kepada pemimpin

2.2.2 Akhlak buruk (Akhlakul Madzmumah)
Adalah semua sikap dan prilakuyang dilarang dalam al-qur’an dan sunnah. Akhlak-akhlak madzmumah adalah kebalikan dari akhlak mahmudah.

A. Akhlak kepada Allah
1. Durhaka kepada Allah (menentang hokum Allah)
2. Kufur nikmat
3. Putus Asa dengan rahmat Allah
Perjalanan hidup tidak selamanya mulus, ada kalanya kita menemukan kegagalan dan kesusahan. Hal itu terkadang membuat putus asa, padahal Allah telah berfirman :
“….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

B. Akhlak kepada rasul
1. Ingkar terhadap sunnah
2. Mencela rasul

C. Akhlak pada diri sendiri
1. Khianat
2. Pembohong
3. Sombong. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(QS. An-Nisa’:36)

Rasul Bersabda :
“Tidak akan masuk surga orang yang menyelinap dalam hatinya sifat takabur. Orang bertanya Bagaimana jika seseorang ingin memakai baju yang indah dan sepatu yang bagus nabi menjawab”sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan” (HR.Muslim).

D. Akhlak Kepada Keluarga
1. Durhaka kepada orang tua
2. Melalaikan kewajiban suami istri
3. Melalaikan kewajiban terhadap anak
4. Memutus silaturahmi
“Dua orang tidak dipandang Allah di harikiamat yaitu orang yang memutuskan tali silaturahmi dan tetanggayang jahat budi (HR.Addailamy).

E. Akhlak kepada masyarakat
1. Membedakan unsure SARA dalam bermasyarakat
2. Tidak peka terhadap kesusahan tetangga dsb.
3. Mengejek/ mengolok. Sabda rasul: “Janganlah kamu mengolok seseorang, bisa jadi orang itu lebih baik darimu”.

F. Akhlak bernegara
1. Pemimpin yang zalim
2. KKN
3. Main hakim sendiri
4. Tidak taat pada pemimpin
5. Bersikap tidak adil


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
           Lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakuakan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikirannya. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbutaan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
Ruang lingkup pembahasan akhlak tidak hanya hablumminannas, namun juga hablum minallah yang dikelompokkan pada akhlakul mahmudah dan akhlakul madzmumah.
Dalam makalah ini kami tidak membahas semua akhlakul mahmudah maupun madzmumah, kami hanya mengambil beberapa sampel saja, masih banyak sekali pembahasan masalah akhlak mahmudah dan madzmumah ini. Diantaranya adalah akhlak terhadap makhluk lain ciptaan Allah seperti binatang, tumbuh-tumbuhan,malaikat jin dan juga termasuk alam.
Dalam makalah ini kami juga tidak menyertakan semua ayat seperti yang kami terapkan pada bagian Akhlakul karimah yakni pada taqwa dan tawakal, hal itu bukan karena kami tidak tahu, tetapi lebih dikarenakan menghemat page. Karena kami rasa page makalah ini sudah cukup banyak. Jadi jika teman-teman pembaca ingin mengetahui ayat apa saja yang menerengkan hal-hal yang dibahas, silakan di cari di aplikasi al-qur’an terjemah. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

        Al-Bukhory, Al-Imam. 2009. Hadits Shahih Bukhory. Surabaya :Gramedia Press
        Al-Ghozali, Muhammad ( Terj ) Moch. Rifa’i.1993. Akhlak seorang Muslim.Semarang : Wicaksana
        An-Nawawi, Imam. 2001. Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawi. Jakarta : Al-I’tishom
        Azizah, Syarifah. 1997. Diktat Hadits 1. Palembang : IAIN Raden Fatah Palembang
        Hadi, Saiful. 2005.Sketsa Al-Qur’an. Jakarta: Lista Fariska Putra
        http://bimbingan-islam.blogspot.com/2010/07/ruang-lingkup-akhlak-yang-baik-kepada.html (25 April 2011, 10.46 WIB)
        Nata, Abuddin . 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada
        Said, M.1986. 101 Hadits Tentang Budi Luhur (Cet. ke-37). Bandung : Alma’arif
        Sunarto, Achmad. 1989. Mengobati Penyakit Hati. Rembang : Pustaka Amani
        Tatapangarsa, Humaidi.1979. Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya : Bina Ilmu
        Umary, Barmawie. 1991. Materia Akhlak. Solo : Romadhani
        Universitas Muhammadiyah Palembang. 2009. Al-Islam Kemuhammadiyahan. Palembang : UMP
        Yusuf, M. Zein. 1993. Akhlak Tasawuf. Semarang : al-Husnah